Tinjauan Kritis Efek Media – Teori Kultivasi (Morissan) : Bagaimana Efek
Media TV Mengubah Pandangan Masyarakat Banyak.
George Gerber
Setelah membaca buku
Teori Komunikasi, khususnya pada bab 10 Efek Media yang mengangkat mengenai
Teori Kultivasi, halaman 517-525 yang di tulis oleh Morissan. Akan di peroleh
gambaran umum mengenai teori kultivsi melalui dua sub judul, yaitu indeks
kekerasan dan proses kultivasi. Berdasarkan pemikiran mantan dekan komunikasi
Universitas Pennsyivania, George gerber akan di peroleh inti dari teori
kultivasi ini, yakni tayangan TV mengubah pandangan masyarakat kebanyakan dan
mereka yang terlalu banyak menonton TV akan memiliki kepercayaan atau keyakinan
yang berlebihan mengenai “Duni yang Jahat dan Menakutkan”.
Teori kultivasi atau
disebut juga dengan “Analisi Kultivasi” mempunyai arti sebagai teori yang
memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian dan kepercayaan
mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang.
Media massa dalam hal ini khususnya pada
TV dipercaya sebagai instrument atau agen yang mampu menjadikan masyarakat dan
budaya bersifat homogeny.
Efek media dalam masa
sekarang sangat terasa sekali, dalam hal ini TV sebagai media yang kebanyakan
di konsumsi masyarakat luas. Semisal program berita kriminalitas yang di
tayangkan sebian besar stasiun TV setiap hari di Indonesia, misalnya dapat
memberikan gambaran simbolis mengenai lingkungan yang tidak aman, penuh dengan
orang yang jahat dan hal-hal negative lainnya walaupun angka statistic resmi
dari kepolisian, misalnya menunjukan angka kejahatan yang berkurang secara
signifikan, namun tetap saja orang akan merasa tidak nyaman dan tidak aman
ketika ia berada sendirian di suatu tempat.
Dalam teori kultivasi,
tak semua orang terpengaruh dan beranggapan bahwa dalam dunia nyata itu jahat
dan menakutkan, dikarena kan mereka yang mengkonsumsi dan menelaah tayangan di
TV dengan menonton acara kekerasan dan program berita kriminalitas terlalu berasumsi
bahwa kejadian di TV akan mereka jumpai di dunia nyata. Jika di ibaratkan
penonton TV kita bagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok ringan dan kelompok
berat. Kelompok ringan yaitu mereka yang menghabiskan waktunya kurang dari 2
jam penonton TV, sedangkan kelompok berat yaitu mereka yang menonton TV minimal
4 jam atau bahkan lebih. Maka dalam kasus ini kelompok berat akan memandang
dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya dibandingkan dengan penonton kelompok
ringan.
Mengapa kelompok berat
dan kelompok ringan beranggapan berbeda ? jawaban nya Simple, karena kelompok
ringan lebih selektif dalam menonton TV mereka menghidupkan TV hanya untuk
menonton tayangan yang mereka inginkan saja dan mematikan TV jika acara
tersebut telah habis. Sedangkan kelompok berat menonton TV semata-mata untuk
menonton saja.
Bagaimana TV mampu
mempengaruhi penonton dalam memandang dunia, atau bagaimana kultivasi dapat
terjadi ? untuk menjelaskan nya, atau dua cara yang menyebabkan proses
kultivasi, yaitu:
- Mainstreaming
Mainstreaming yaitu proses mengikuti arus utama yang
terjadi ketika berbagai symbol, informasi dan ide yang berasal dari sumber
lain. Proses ikut arus menjelaskan bahwa TV mampu membuat audiensinya menjadi
homogeny sedemikian rupa sehingga mereka yang menjadi anggota penonton kelompok
berat akan memiliki orientasi, perspektif dan makna yang sama satu sama lain.
Mereka yang menjadi penonton kelompok berat cenderung
untuk menerima bahwa diri mereka juga berasal dari kelompok kelas menengah
walaupun sebenarnya mereka berada di kelas ekonomi yang lebih rendah. Hal ini
berbeda dengan mereka yang merupakan penonton kelompok ringan yang bekerja
sebagai buruh, maka mampu dengan tepat menjelaskan diri mereka berasal dari
kelas pekerja kasar.
- Resonansi
Cara kedua bagaimana kultivasi bekerja adalah melalui
resonansi yang terjadi ketika apa yang di sajikan oleh TV sama dengan realitas
actual sehari-hari yang dihadapi penonton. Contoh : penonton yang bermukim di
wilayah perkotaan, misalnya melihat dunia kerasan yang ditayangkan di TV
mencerminkan situasi yang sama di wilayah dimana mereka tinggal, atau sebagian
penonton kelompok berat mugkin pernah memiliki pengalaman langsung dengan
peristiwa kekerasan, misalnya ditodong atau dirampok dan peristiwa tersebut
cukup menimbulkan trauma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar