welcome ^_^

welcome ^_^
Do not look at the book from its cover

Rabu, 11 November 2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling lengkap dalam hal menyajikan unsure -unsur pesan bagi khalayak pemirsa, karena dilengkapi dengan gambar dan suara sehingga terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup yang sangat luas. Pihak - pihak televisi menganggap semakin banyaknya stasiun TV tentunya akan memunculkan persaingan dan situasi yang kompetitif antar  media elektronik untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan acara - acara yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Untuk dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai paket acara yang disajikan diproduksi dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Namun, ketatnya persaingan justru menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang sehat. Program sering muncul di layar kaca justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan etika dan norma masyarakat.
Setiap media memiliki program siaran unggulan. Program itu menjadi salah satu master piece media untuk menanamkan pengaruhnya. Akan tetapi tayangan yang seharusnya mampu menjawab kebutuhan publik justru menayangkan tayangan yang kontroversi dalam beberapa episodenya. Tulisan ini membahas analisa mengenai tayangan “Cinta Di Musim cherry” terutama episode kontroversialnya dipandang dari sudut teori komunikasi massa.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat resmi menegur stasiun televisi Trans TV lantaran menayangkan adegan ciuman bibir antara seorang pria dan wanita. Langkah KPI ini berdasarkan kewenangan menurut Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan masyarakat, pemantauan dan hasil analisis telah menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Sekilas program “Cinta Di Musim Cherry” Trans TV
2.      Menganalisa Program acara “Cinta Di Musim Cherry” Trans TV
3.      Mengkaitkan program acara “Cinta Di Musim Cherry” Trans TV dengan UU penyiaran No.32 tahun 2002

1.3.Tujuan Masalah
Makalah analisis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Massa yang diampu oleh Bapak M.Ridho ZA, M.Comms mengenai analisis program siaran media massa.

http://aderidwanaryadi.blogspot.co.id/2014/10/etika-penyiaran.html diakses tanggal 11 september 2015 jam 16.02 WIB




Kamis, 15 Oktober 2015

nyampah bentar .....


Peran Media Sosial Dalam Masyarakat
(Study Kasus Tentang Penggunaan Media Sosial Sebagai Alat Dalam Belanja Online)
Oleh : Ensi Defri (Stisipol Candradimuka Palembang)
01.13.020

Abstrak
            Penelitian ini menganalisis peran media sosial dalam masyarakat dengan mengambil study kasus tentang penggunaan media sosial sebagai alat dalam belanja online yang makin kesini makin berkembang saat pertama kali dilakukan di inggris pada tahun 1979. Kaitan antara media sosial sebagai alat dalam belanja online yang digunakan masyarakat ini di teliti berdasarkan Teori Uses and Gratification (Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan) yang dikembangkan oleh Abraham Maslow(1970).
            Objek penelitian disini adalah online shop atau belanja online yang dari hari ke hari menunjukan perkembangan yang begitu pesat terutama di Indonesia sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta metode-metode atau prosedur-prosedur spesifik yang dapat menterjemahkan strategi tersebut ke dalam praktek nyatanya adalah observasi terlibat sebagai penikmat atau pengguna online shop di dalam segala bentuk media sosial serta analisis kritisnya.
            Dari analisis ini, diperoleh hasil temuan penelitian bahwa menjadi penikmat atau pengguna online shop tidak akan pernah lepas pada hakikat bahwa manusia memiliki kebutuhan dalam hal belanja termasuk disini ialah belanja online atau online shop itu sendiri. Modal utama dalam bertransaksi ialah bendanya itu sendiri di sini lebih perspektif kearah media sosialnya itu sendiri yang dihubungkan melalui jaringan internet sebagai penghubung  yang tersambug dari komputer atau gadget. Media sosial sebagai jembatan penyambung antara owner dan konsumen atau penikmat untuk melakukan transaksi. Dengan hal ini media sosial berperan penting dalam zaman modern seperti sekarang.
Kata Kunci : online shop, uses and gratification, media sosial, owner dan konsumen.


Minggu, 28 Desember 2014

BAB 11 - MEDIA DAN BUDAYA (CULTURAL STUDIES)


Tinjauan Kritis Media dan Budaya (Cultural Studies) Karangan Morissan : Ketika Kelompok Elite (Media) Melaksankan Kekuasaannya Terhadap Kelompok Yang Tidak Berkuasa.

            Setelah membaca buku Teori Komunikasi, khususnya pada bab 11 yaitu Media dan Budaya (Cultural Studies), halaman 535-553 yang ditulis oleh Morissan , akan diperoleh gambaran umum mengenai Media dan Budaya (Cultural Studies) melalui 6 sub judul, yaitu ideology budaya, hegemoni : pengaruh atas massa, hegemoni tandingan, tindakan, struktur kekuasaan, dan decoding. Bila ditarik garis besar dari penggambaran Morissan mengenai media dan Budaya di buku tersebut, diketahui bahwa media dan budaya dalam hal ini cultural studies memberikan perhatiannya pada bagaimana dipengaruhi oleh media (kelompok dominan dan berkuasa / kelompok elite).
            Cultural Studies merupakan tradisi pemikiran yang berasal dari gagasan ahli filsafat Karl Marx yang berpandangan kapitalisme telah menciptakan kelompokj elite berkuasa yang melakukan eksploitasi terhadap kelompok yang tidak berkuasa. Studi komunikasi massa menjadi hal penting dalam pemikiran studi cultural, dan media dipandang sebagai instrument yang ampuh bagi ideology dominan. Selain itu, media memiliki potensi meningkatkan kesadran masyarakat mengenai isu kelas, kekuasaan dan dominasi.
            Cultural Studies (studi budaya) memberikan perhatian pada bagaimana kelompok-kelompok elite seperti media melaksankan kekuasaannya terhadap kelompok-kelompok yang tidak berkuasa. Kelompok elite yang mengontrol ideology masyarakat terkadang terpecah dan terbagi-bagi. Hal ini menyebabkan ideology juga terpecah menjadi beberapa ideologi yang saling bertentangan. Berbagi ideology tersebut akan mendorong dan menarik masyarakat ke berbagai arah. Salah satu tujuan studi cultural adalah mengungkapkan berbagai tarik menarik ideology tersebut dengan segala kompleksitasnya.
            Salah satu cirri terpenting cultural studies adalah pemahamannya terhadap dunia sehari-hari sebagai bagian dari budaya yang perlu dicermati. Hal-hal yang biasa dilakukan, dirasakan, diomongkan, didengar, dilihat, digunjingkan dalam kehidupan sehari-hari oleh orang kebanyakan merupakan wilayah amatan cultural studies.
            Media selalu di dominasi oleh ideology yang berlaku atau ideology yang berkuasa, dan media memperlakukan ideology yang berlawanan atau berbeda dalam kerangka ideology yang dominan yang mengakibatkan ideology yang berlawanan yang dipandang sebagai ideologi “pinggiran”.
            Cultural Studies memiliki tujuan untuk menunjukan pada cara-cara bagaimana ideology dari kelompok yang berkuasa dimasyarakat tanpa disengaja terus-menerus dipelihara dan dipertahankan, dan menunjukan pada cara-cara bagaimana idologi dominan itu dapat dilawan untuk menghentikan system kekuasaan yang telah mengurangi peran kelompok lainnya.
            Dalam era teknologi informasi dewasa ini perhatian cultural studies terhadap masalah konstruksi social atas realita telah mengarahkan perhatian mereka pada media komunikasi massa, khusunya televisi. Namun sebenarnya juga pada film, internet, handphone,radio, Koran, majalah, poster dan sebagainya. Persoalan yang diajukan adalah perihal kaitan antara representasi dan media yang digunakan.

BAB 10 - EFEK MEDIA (TEORI KULTIVASI)


Tinjauan Kritis Efek Media – Teori Kultivasi (Morissan) : Bagaimana Efek Media TV Mengubah Pandangan Masyarakat Banyak.

George Gerber 
 
            Setelah membaca buku Teori Komunikasi, khususnya pada bab 10 Efek Media yang mengangkat mengenai Teori Kultivasi, halaman 517-525 yang di tulis oleh Morissan. Akan di peroleh gambaran umum mengenai teori kultivsi melalui dua sub judul, yaitu indeks kekerasan dan proses kultivasi. Berdasarkan pemikiran mantan dekan komunikasi Universitas Pennsyivania, George gerber akan di peroleh inti dari teori kultivasi ini, yakni tayangan TV mengubah pandangan masyarakat kebanyakan dan mereka yang terlalu banyak menonton TV akan memiliki kepercayaan atau keyakinan yang berlebihan mengenai “Duni yang Jahat dan Menakutkan”.
            Teori kultivasi atau disebut juga dengan “Analisi Kultivasi” mempunyai arti sebagai teori yang memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang. Media massa dalam  hal ini khususnya pada TV dipercaya sebagai instrument atau agen yang mampu menjadikan masyarakat dan budaya bersifat homogeny.
            Efek media dalam masa sekarang sangat terasa sekali, dalam hal ini TV sebagai media yang kebanyakan di konsumsi masyarakat luas. Semisal program berita kriminalitas yang di tayangkan sebian besar stasiun TV setiap hari di Indonesia, misalnya dapat memberikan gambaran simbolis mengenai lingkungan yang tidak aman, penuh dengan orang yang jahat dan hal-hal negative lainnya walaupun angka statistic resmi dari kepolisian, misalnya menunjukan angka kejahatan yang berkurang secara signifikan, namun tetap saja orang akan merasa tidak nyaman dan tidak aman ketika ia berada sendirian di suatu tempat.
            Dalam teori kultivasi, tak semua orang terpengaruh dan beranggapan bahwa dalam dunia nyata itu jahat dan menakutkan, dikarena kan mereka yang mengkonsumsi dan menelaah tayangan di TV dengan menonton acara kekerasan dan program berita kriminalitas terlalu berasumsi bahwa kejadian di TV akan mereka jumpai di dunia nyata. Jika di ibaratkan penonton TV kita bagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok ringan dan kelompok berat. Kelompok ringan yaitu mereka yang menghabiskan waktunya kurang dari 2 jam penonton TV, sedangkan kelompok berat yaitu mereka yang menonton TV minimal 4 jam atau bahkan lebih. Maka dalam kasus ini kelompok berat akan memandang dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya dibandingkan dengan penonton kelompok ringan.
            Mengapa kelompok berat dan kelompok ringan beranggapan berbeda ? jawaban nya Simple, karena kelompok ringan lebih selektif dalam menonton TV mereka menghidupkan TV hanya untuk menonton tayangan yang mereka inginkan saja dan mematikan TV jika acara tersebut telah habis. Sedangkan kelompok berat menonton TV semata-mata untuk menonton saja.
            Bagaimana TV mampu mempengaruhi penonton dalam memandang dunia, atau bagaimana kultivasi dapat terjadi ? untuk menjelaskan nya, atau dua cara yang menyebabkan proses kultivasi, yaitu:
  •  Mainstreaming
Mainstreaming yaitu proses mengikuti arus utama yang terjadi ketika berbagai symbol, informasi dan ide yang berasal dari sumber lain. Proses ikut arus menjelaskan bahwa TV mampu membuat audiensinya menjadi homogeny sedemikian rupa sehingga mereka yang menjadi anggota penonton kelompok berat akan memiliki orientasi, perspektif dan makna yang sama satu sama lain.
Mereka yang menjadi penonton kelompok berat cenderung untuk menerima bahwa diri mereka juga berasal dari kelompok kelas menengah walaupun sebenarnya mereka berada di kelas ekonomi yang lebih rendah. Hal ini berbeda dengan mereka yang merupakan penonton kelompok ringan yang bekerja sebagai buruh, maka mampu dengan tepat menjelaskan diri mereka berasal dari kelas pekerja kasar. 
  •    Resonansi  
Cara kedua bagaimana kultivasi bekerja adalah melalui resonansi yang terjadi ketika apa yang di sajikan oleh TV sama dengan realitas actual sehari-hari yang dihadapi penonton. Contoh : penonton yang bermukim di wilayah perkotaan, misalnya melihat dunia kerasan yang ditayangkan di TV mencerminkan situasi yang sama di wilayah dimana mereka tinggal, atau sebagian penonton kelompok berat mugkin pernah memiliki pengalaman langsung dengan peristiwa kekerasan, misalnya ditodong atau dirampok dan peristiwa tersebut cukup menimbulkan trauma.